Demi Masa

Wal-Ashri… “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran”. Demikianlah arti dari sebuah firmah Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat Al-Ashr ayat 1-3, yang menjelaskan bahwa Allah Yang Maha Benar (AL-Haqqu) itu sudah bersumpah demi waktu (masa) atas kebenaran firman-Nya. Tentang dan untuk siapakah ini ? Sudah pasti semuanya tentang manusia dan untuk manusia. Tersirat namun amatlah nyata dalam firman ini, bahwa betapa Allah sangat mencintai kita manusia, agar memperhatikan dengan sungguh-sungguh akan waktu. Agar manusia tidak menyia-nyiakan umur yang amat terbatas ini untuk diisi dengan kebaikan sekecil apapun. Agar kita tidak mengalami penyesalan yang abadi di akhirat kelak.

Sudah sejak lama saya ingin menulis tentang topik di atas. Namun, terkendala oleh keraguan dalam hati saya sendiri karena mempertimbangkan keluasan wawasan dan pemahaman agama saya yang masih sangat minim. Akan tetapi sayapun teringat akan penjelasan sebuah hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah sendiri memerintahkan kepada kita umatnya, untuk “menyampaikan atau mengabarkan berita atau pesan yang datang dari beliau walau hanya satu ayat”. Dari situlah saya mencoba untuk menulis ini untuk yang pertama kali menyangkut soal-soal keagamaan. Mudah-mudahan saya diberikan kesehatan dan umur yang panjang serta pemahaman yang baik oleh Allah tentang Islam, aamiin.

Iman dan amal shaleh, kebenaran dan kesabaran adalah karunia Allah yang amat berharga untuk kita masnusia. Mereka yang memilikinya akan tampil di dunia ini dalam sosok yang cemerlang dan berkilau. Uraian dalam tulisan ini sangat sederhana dan mungkin belum sampai pada kedalaman yang sesungguhnya dari sosok orang-orang yang memiliki ke empat karunia Allah di atas. Namun, saya berharap dari yang sedikit ini bisa mendorong kita untuk terus meningkatkan iman dan amal shaleh kita juga untuk terus saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, agar tidak hanya sekadar menjadi catatan belaka. Buatlah satu langkah dahulu, mudah-mudahan jejak langkah pertama kita akan diikuti oleh jejak-jejak langkah berikutnya hingga sampai pada alkhir masa di dunia dan kita memperoleh keberuntungan karena telah menjadi orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, dan saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.

Lama sebelum menulis artikel ini saya banyak belajar dan mengamati tentang peristiwa dan kisah orang-orang yang memiliki dan mengamalkan karunia iman, amal shaleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Di antaranya ialah saya melihat banyak sekali di sekitar kita mutiara-mutiara yang berkilau, yaitu orang-orang yang bisa menjadi guru dalam bersabar. Saya melihat sosok Ferrasta’Pepeng’Soebardi, seorang komedian dan presenter yang sangat aktif, siapa yang mengira dan bahkan dirinya pun tidak menyangka kalau beliau akan menderita penyakit langka bernama multiple sceleriosis yang menyebabkan dirinya tidak lagi bisa aktif seperti dulu. Namun, bagaimana beliau menghadapi penyakitnya itulah satu hal yang sungguh luar biasa.

Sungguh luar biasa, karena meski penyakit tersebut telah melumpuhkan raganya, namun kreativitasnya tetap hidup. Jiwanya semakin bersinar cemerlang dengan kesabarannya. Pelajaran yang lain pun bisa kita ambil dari kesabaran isteri beliau, Mbak Tami beserta anak-anaknya yang sungguh luar biasa. Tidak semua orang bisa menghadapi hal seperti itu sebagaimana Mas Pepeng dan Mbak Tami menghadapinya.

Di sisi lain, ialah bagaimana kita saling menasihati untuk terus menetapi kebenaran. Berfikir, bersikap, dan bertindak dengan senantiasa bersandar pada nilai-nilai keberanan. Tentu, kebenaran yang dimaksud adalah sesuai dengan ajaran Islam bukan kebenaran ilmiah yang bersifat relatif. Hal ini hendaknya dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari meski tentu banyak sekali godaan dan tantangannya dalam menegakkan kebenaran. Tetapi jika dalam diri kita sudah terbangun fondasi iman yang kuat, maka godaan dan tantangan tersebut dapat kita abaikan dan kebenaran akan tetap dapat kita tegakkan. Menegakkan kebenaran tidak hanya mendatangkan keuntungan dan manfaat bagi kehidupan kita di akhirat kelak, akan tetapi dapat kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan dunia. Nabi menyuruh kita untuk berkata benar walau akibatnya pahit. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menetapi atau menegakkan kebenaran itu dalam kehidupan bersama manusia. Dan, barang siapa yang berkata dan bertindak benar dalam hubungannya dengan sesama, maka akan lahir suatu masyarakat yang aman, tenteram dan damai.

Kemudian, sayapun menyoroti diri saya, apakah saya sudah berlaku sabar? Apa yang saya ucapkan ketika lsitrik mati saat saya mengetik naskah artikel ini di laptop? Apakah saya marah, kesal, atau mengucap inna lillaahi wa innaa ilaihi raa ji’uun?. Saya banyak mengoreksi diri bahwa saya masih harus banyak berlatih menjadi penyabar karena bila dibandingkan dengan mereka semua saya bukanlah apa-apa. Namun, saya semakin yakin bahwa ujian dan cobaan yang Allah Swt berikan kepada setiap hamba-Nya pastilah sesuai dengan kapasitas dan kesanggupan masing-masing. Siapa saja yang mendapatkan suatu ujian tertentu, itu berarti dia memang mampu dan bisa melewati ujian tersebut jika bersabar.

Jika kebetulan saat ini kita mendapatkan ujian kesenangan misalnya, hidup berkecukupan, anak-anak yang sehat, suami yang ganteng dan istri yang cantik, karir bagus, maka kita perlu bersyukur tetapi juga perlu waspada. Dengan waspada bukan berarti kita terus berjaga-jaga sehingga kita malah menjadi tidak tenang dalam menjalani hidup karena khawatir semua kenikmatan yang sedang kita rasakan akan hilang. Namun yang perlu kita tanamkan dalam hati, adalah apapun yang akan menimpa kita, baik senang ataupun susah, berkecukupan atau berkekurangan, suka ataupun duka, semuanya harus kita hadapi dengan sabar bila kita ingin menjadi orang yang beruntung. Terima saja semua keteapan Allah untuk diri kita, selalu berprasangka baik atau berpikir positif saja. Sedih dan tangis jangan berlebihan, tawa dan gembira juga jangan berlebihan. Selanjutnya tetaplah berpegang pada tali agama Allah, bersandar pada kekuatan-Nya dan serahkan segala urusan pada-Nya, maka Allah akan membukakan jalan-Nya un tuk kita.

Lain bila kita marah, kesal dan berpikir negatif kepada Allah, maka semuanya akan terlihat jelek. Kita tidak bisa melihat jalan keluar walau sebenarnya sudah ada di depan mata kita. Ini baru kerugian kecil yang akan dialami bila kita tidak pandai bersabar. Belum lagi kerugian dan penyesalan yang akan menimpa kita di akhirat. Mereka yang mendapat ujian, kemudian bersabar adalah orang-orang pilihan karena tidak semua kita bisa bersikap seperti itu. Mereka, adalah guru bagi sesama untuk terus belajar berbuat kebaikan, berlaku sabar dan kita harus senantiasa menguatkan iman agar bisa seperti mereka, karena iman adalah energi hidup itu sendiri.

Sebagai sesama muslim, kita berkewajiban untuk salin menasihati agar senantiasa berada di jalan lurus yang diridhoi Allah Swt. Menasihati dengan tulus dan sabar agar kelak kita bisa bersama-sama meraih kemenangan dan keberuntungan yang dijanjikan Allah, yaitu kenimatan surga.aamiin.